KOMUNITAS AVES DAN IDENTIFIKASI FAKTOR ANTROPOGENIK PENDORONG GANGGUAN EKOSISTEM PESISIR PANTAI PARADISO- NOELBAKI, TELUK KUPANG
Abstract
Kawasan pesisir Pantai Paradiso-Noelbaki adalah zona transisi ekologis vital bagi burung akuatik dan terestrial, termasuk spesies migran (Hidayat, 2015). Namun, wilayah krusial ini menghadapi tekanan antropogenik intens (Wu & Wan, 2024) yang menyebabkan penurunan keanekaragaman dan peningkatan dominasi spesies yang lebih toleran. Penelitian bertujuan menganalisis struktur komunitas burung (keanekaragaman, kekayaan, kemerataan) dan mengidentifikasi faktor antropogenik utama pemicu gangguan habitat sebagai dasar penyusunan strategi pengelolaan konservasi yang spesifik. Penelitian ini dilaksanakan pada Juli-Oktober 2025 di Pesisir Pantai Paradiso-Noelbaki, Teluk Kupang. Data keanekaragaman burung dikumpulkan menggunakan kombinasi metode transek dan titik hitung (Point Count) (Bibby et al., 2000). Survei mencakup 27 transek dan 134 titik pengamatan di berbagai habitat (mangrove, lahan terbuka, terdegradasi). Setiap titik diamati selama 10 menit (radius 50 m) dari pagi hingga sore hari. Analisis keanekaragaman menggunakan indeks Shannon-Wiener (H'), Kekayaan Margalef (D_mg), dan Kemerataan (E) (Asrianny et al., 2018). Faktor tekanan antropogenik—meliputi konversi lahan/deforestasi, polusi limbah padat, dan gangguan langsung (frekuensi aktivitas manusia/kendaraan) dikuantifikasi secara langsung di lapangan (radius 50 m) dan dianalisis secara deskriptif kualitatif (Newton et al., 2020).
Komunitas Aves di Pantai Paradiso-Noelbaki berada dalam tekanan ekologis tinggi, dibuktikan dengan Indeks Keanekaragaman (H'=0,245$) dan Kemerataan (E=0,069$) yang sangat rendah. Kondisi ini menunjukkan hilangnya stabilitas fungsional karena gangguan telah melampaui ambang toleransi spesies sensitif (Asprey et al., 2023). Struktur komunitas didominasi oleh spesies generalis seperti Walet sp. dan Pipit Zebra, yang memanfaatkan ruang terbuka, membuktikan penurunan keanekaragaman fungsional (Mariano-Neto & Santos., 2023). Tiga faktor antropogenik utama pemicu gangguan yaitu; (1) konversi lahan (deforestasi) untuk pemukiman, tambak, dan pariwisata, menghilangkan kompleksitas struktural habitat (misalnya, konversi mangrove), (2) polusi sampah plastik di mudflat, yang mengganggu ketersediaan makanan bentik bagi burung perandai (Pan et al., 2020), (3) Gangguan Langsung, di mana aktivitas manusia menyebabkan flushing, mengurangi waktu mencari makan (foraging) dan merugikan reproduksi burung migran (Halfwark et al., 2011). Tingkat keanekaragaman Aves di Teluk Kupang sangat rendah (H'=0,245), didominasi oleh burung Walet, mengindikasikan degradasi parah. Faktor gangguan utama adalah konversi lahan masif, polusi sampah plastik, dan gangguan manusia frekuensi tinggi (flushing). Diperlukan strategi pengelolaan berbasis zonasi yang tegas dan mitigasi limbah terintegrasi untuk memulihkan fungsi ekologis kawasan ini sebagai habitat penting burung.