POLA MUSIM TANGKAP IKAN LAYANG (STUDI KASUS DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN OEBA, KOTA KUPANG)

Authors

  • Klementina Dhiu
  • Wahyuni Fanggi Tasik
  • Melkianus Teddison Bulan

Abstract

Ikan layang (Decapterus sp.) merupakan salah satu ikan pelagis kecil dominan yang memiliki nilai ekonomi penting di perairan Nusa Tenggara Timur (NTT). Produksi ikan layang di wilayah ini menunjukkan fluktuasi antarbulan yang erat kaitannya dengan kondisi oseanografi dan iklim. Pemahaman tentang pola musim tangkap sangat penting dalam pengelolaan perikanan berkelanjutan karena berpengaruh terhadap produktivitas nelayan, ketahanan stok ikan, dan perencanaan usaha perikanan. Penelitian ini dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Oeba sebagai lokasi pendaratan utama hasil tangkapan pelagis kecil di Kota Kupang.  Penelitian dilaksanakan pada Mei–Juni 2025 menggunakan data sekunder produksi ikan pelagis kecil periode 2020–2024 yang diperoleh dari PPI Oeba. Analisis dilakukan menggunakan Metode Persentase Rata-rata (Average Percentage Method) berdasarkan analisis runtun waktu (Spiegel, 1961). Langkah analisis meliputi perhitungan rasio hasil tangkapan bulanan terhadap rata-rata tahunan, dan penentuan indeks musim (IMi). Nilai IMi >100% dikategorikan sebagai musim ikan, sedangkan IMi <100% menunjukkan bukan musim ikan. Produksi ikan layang di PPI Oeba menunjukkan fluktuasi signifikan dari tahun ke tahun. Puncak produksi tercatat pada tahun 2022, dengan hasil tangkapan tertinggi mencapai 103.260 kg pada bulan Juni dan 90.121 kg pada bulan Juli. Peningkatan tersebut bertepatan dengan musim timur, ketika fenomena upwelling membawa massa air kaya nutrien ke permukaan, meningkatkan kelimpahan fitoplankton dan zooplankton sebagai pakan alami ikan pelagis kecil (Nontji, 2002). Sebaliknya, produksi terendah terjadi pada tahun 2021, dengan hasil paling rendah di bulan November (704 kg). Penurunan ini disebabkan oleh cuaca ekstrem, gelombang tinggi, dan menurunnya intensitas melaut nelayan akibat faktor ekonomi maupun teknis. Hasil analisis indeks musim (IM) menunjukkan bahwa bulan Januari, April, Juni, Juli, Agustus, dan September merupakan musim penangkapan ikan layang, dengan nilai IM di atas 100%. Nilai tertinggi terdapat pada bulan Juni (IM = 141,91%), menandakan puncak musim ikan. Sebaliknya, Februari, Maret, Mei, Oktober, November, dan Desember termasuk kategori bukan musim ikan, dengan nilai IM di bawah 100%, di mana bulan Mei (IM = 59,38%) menjadi periode paceklik terendah. Temuan ini sejalan dengan penelitian Yahyah et al. (2023) dan Chodiriyah (2009), yang menunjukkan bahwa aktivitas penangkapan ikan pelagis di wilayah Indonesia bagian selatan paling optimal pada musim timur dan peralihan II (Juni–September). Hal ini menunjukkan bahwa faktor oseanografi seperti upwelling, arah angin, dan ketersediaan pakan berperan besar dalam menentukan produktivitas perikanan tangkap di perairan NTT. Pola musim tangkap ikan layang di PPI Oeba, Kota Kupang, memperlihatkan bahwa periode puncak produksi terjadi pada bulan Juni–September, dengan musim penangkapan utama meliputi Januari, April, Juni, Juli, Agustus, dan September. Produksi tertinggi terjadi pada tahun 2022 seiring dengan meningkatnya produktivitas perairan akibat fenomena upwelling. Musim paceklik tercatat pada bulan Mei dengan nilai IM terendah 59,38%. Informasi mengenai pola musim ini penting bagi pengelolaan perikanan berkelanjutan, terutama untuk pengaturan waktu operasi penangkapan, efisiensi biaya, serta perencanaan usaha nelayan dalam menghadapi perubahan lingkungan laut.

Downloads

Published

2025-11-28

How to Cite

Dhiu, K., Tasik, W. F., & Bulan, M. T. (2025). POLA MUSIM TANGKAP IKAN LAYANG (STUDI KASUS DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN OEBA, KOTA KUPANG). Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian, 8(1), 106. Retrieved from https://ejurnal.politanikoe.ac.id/index.php/psnp/article/view/530