PEMANFAATAN SERAT BUAH LONTAR SEBAGAI BAHAN BAKU SELULOSA UNTUK PEMBUATAN BIOPLASTIK INOVATIF
Abstract
Pencemaan lingkungan menjadi masalah serius baik bagi negara maju maupun negara berkembang. Industri plastik dianggap sebagai salah satu industri yang memproduksi bahan polimer sintetik (Beevi et al., 2020). Kebutuhan akan plastik di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Melalui penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan bioplastik dengan bahan dasar selulosa dari serat buah lontar (Akshana et al., 2024). Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Politeknik Pertanian Negeri Kupang yang berlangsung dari bulan Juli hingga September 2025. Buah lontar yang sudah dikumpulkan kemudian dipisahkan bagian biji, serat dan kulitnya. Serat yang telah dipisahkan dicuci hinggga bersih dan dikeringkan di bawah sinar matahari selama 3 hari dengan tujuan untuk menghilangkan kandungan air di dalam serat lontar. Setelah dikeringkan, serat lontar dihancurkan menggunakan blender dan diayak menggunakan ayakan ukuran 80 mesh lalu dilakukan alkali treatment Formulasi pembuatan bioplastik merujuk pada penelitian yang dilakukan (Akshana et al., 2024) dengan perbandingan 5 g Selulosa serat buah lontar : 1 g Gelatin : 1,5 g Glicerin : 93 mL Akuades. Proses pembuatan bioplastik membutuhkan bahan aditif seperti plasticizer dan filler, kemudian dilanjutkan dengan proses fisika meliputi laminating, cetakan injeksi atau ekstrusi sehingga terbentuk lembaran. Preparasi sampel serat buah lontar dilakukan dengan dicuci dan dikeringkan selama 3 hari dibawah matahari sehingga mudah dihancurkan menggunakan blender lalu disaring menggunakan saringan 80 mesh. Pengeringan dilakukan dengan tujuan agar berat sampel lebih konstan, menjaga struktur serat agar tidak mudah ditumbuhi mikroorganisme. Selain itu serat lontar yang kering akan menyerap larutan kimia dengan lebih baik saat proses delignifikasi dan hidrolisis (Saputri et al., 2023). Delignifikasi diawali dengan proses alkali yang bertujuan untuk memecah ikatan lignin dan hemiselulosa. Selama proses berlangsung larutan NaOH 6% memutus ikatan antara lignin dan hemiselulosa dengan selulosa, sehingga struktur serat menjadi lebih longgar dan berpori. Proses ini menghasilkan serat dengan kandungan selulosa yang lebih tinggi dan struktur yang lebih bersih. Hasil yang diperoleh kemudian disaring dan dicuci hingga pH netral lalu dikeringkan menggunakan oven agar bisa dilanjutkan ke proses bleaching (pemutihan). Setelah melalui proses alkali, bleaching dan hidrolisis asam pada serat buah lontar, lignin terurai dan terpisah serta selulosa yang dihasilkan siap diaplikasikan sebagai bahan baku pembuatan bioplastik dengan formulasi yang telah ditentukan. Hasil yang diperoleh menunjukan terbentuknya bioplastik inovatif dengan bahan dasar selulosa dari serat buah lontar. Bioplastik yang dihasilkan memiliki penampilan yang homogen, bertekstur halus dan tidak mudah rapuh serta memiliki elastisitas yang baik. Selaiin itu, bioplastik yang dihasilkan memiliki permukaan yang rata dan transparan dan berpotensi untuk diaplikasikan sebagai bahan pengemas ramah lingkungan. Penambahan gliserin (plasticizer) dan gelatin juga berpengaruh dalam pembuatan bioplastik. Gliserin berfungsi untuk menurukan kekakuan bioplastik serta meningkatkan fleksibilitas dan elastisitas, sedangkan gelatin berfungsi sebagai pembentuk dasar struktur bioplastik dan meningkatkan kuat tarik (tensile strength). Kombinasi penambahan gliserin dan gelatin ini, menghasilkan bioplastik yang kuat namun tetap elastis, serta mudah terurai di lingkungan. Penelitian ini menunjukkan bahwa serat buah lontar (Borassus flabelifer Linn.) dapat dimanfaatkan sebagai sumber selulosa untuk pembuatan biplastik ramah lingkungan. Proses delignifikasi yang terdiri dari perlakuan alkali (NaOH 6%), bleaching (H2O2 4%), dan hidrolisis asam (H2SO4 10%) berhasil menghilangkan lignin dan hemiselulosa sehingga meningkatkan kemurnian selulosa. Hasil hidrolisis menunjukkan penurunan rendemen hingga 61,3%, yang menandakan terdegradasinya bagian amorf dan tersisanya selulosa kristalin. Selulosa yang dihasilkan memiliki warna lebih putih, tekstur halus dan siap diaplikasikan sebagai bahan dasar bioplastik. Bioplastik yang diperoleh memiliki permukaan halus, transparan, elastis serta tidak mudah rapuh dengan struktur yang homogen.