STUDI ETNOBOTANI TENTANG JENIS TANAMAN OBAT DI KABUPATEN KUPANG
Abstract
Indonesia termasuk dalam lima besar negara megadiversitas dunia dengan lebih dari 9.600 spesies tanaman obat, 74% di antaranya tumbuh liar dan 26% telah dibudidayakan. Sekitar 80% tanaman obat di Asia Tenggara ditemukan di Indonesia, menjadikannya sumber penting pengembangan pengobatan tradisional (Kemenkes RI, 2020; Cahyaningsih et al., 2021; Wasito, 2008; Syukur dan Hernani, 2003; Hertiani et al., 2019). Masyarakat Desa Penfui Timur, Kabupaten Kupang, masih memanfaatkan berbagai bagian tumbuhan seperti daun, batang, kulit, getah, buah, hingga ulat kayu sebagai obat alami. Praktik ini mencerminkan kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun, namun terancam hilang akibat modernisasi dan pergeseran ke obat sintetik (Sari et al., 2022).
Penelitian etnobotani berperan penting dalam mendokumentasikan pengetahuan lokal dan potensi ilmiah tanaman obat sebagai dasar pelestarian keanekaragaman hayati serta pengembangan produk herbal yang efektif. Penelitian dilaksanakan pada Mei–Juni 2025 menggunakan metode survei dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi lapangan di pekarangan serta kebun masyarakat. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif mengacu pada Kitab Tanaman Berkhasiat Obat (Herbie, 2015).
Penelitian menunjukan Masyarakat Desa Penfui Timur menanam tanaman obat tradisional di pekarangan rumah dan juga di lahan perkebunan belakang rumah. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara Ditemukan 26 jenis dari 22 family tanaman obat tradisional yang digunakan oleh masyarakat setempat. Bagian tanaman yang digunakan meliputi daun, batang, kulit batang, getah, buah, biji, umbi, dan bahkan ulat kayu, dengan daun menjadi bagian yang paling sering dimanfaatkan karena mudah diperoleh dan kaya senyawa bioaktif, serta penggunaannya tidak merusak tanaman. Tanaman-tanaman tersebut digunakan untuk berbagai penyakit umum seperti diare, demam, luka, bisul, kolesterol, asam urat, tekanan darah tinggi, hingga penyakit metabolik seperti diabetes.
Beberapa tanaman hasil observasi lapangan dan wawanacara yang umum digunakan antara untuk penyakit pencernaan, masyarakat menggunakan beberapa jenis tanaman seperti jambu biji (Psidium guajava); sirsak (Annona muricata) dan srikaya (Annona squamosal), belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi); jotang kuda (Synedrella nodiflora); serta sirih cina (Peperomia pellucida); Tanaman binahong merah (Anredera cordifolia). Untuk penyakit kulit dan luka luar, digunakan kapuk (Ceiba pentandra); pulai (Alstonia scholaris); pisang (Musa paradisiaca); krinyuh (Chromolaena odorata); Acalypha indica; serta faloak (Sterculia quadrifida). Untuk penyakit demam dan infeksi sistemik, masyarakat menggunakan mengkudu (Morinda citrifolia); Tanaman jarak (Coccinia grandis); Tanaman kumis kucing (Orthosiphon aristatus). Untuk penyakit metabolik dan sistemik lainnya, kelor (Moringa oleifera); kersen (Muntingia calabura). Untuk penyakit tulang dan sendi, beringin (Ficus benjamina); tanaman patah tulang (Euphorbia tirucalli). Untuk gangguan pernapasan dan tenggorokan, masyarakat memanfaatkan tanaman pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis); tanaman kucing galak (Acalypha indica). Untuk masalah reproduksi dan wanita, jahe merah (Zingiber officinale var. rubrum); turi (Sesbania grandiflora).