FAKTOR PENENTU KETAHANAN PETANI DALAM USAHATANI PADI SAWAH DESA NOELBAKI KECAMATAN KUPANG TENGAH KABUPATEN KUPANG
Abstract
Pertanian padi sawah memegang peran sentral dalam ketahanan pangan di Indonesia, terutama di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang menghadapi tantangan lingkungan dan ekonomi yang berat. Desa Noelbaki di Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, merupakan salah satu sentra padi sawah di NTT, namun produktivitas wilayah ini pada tahun 2024 tercatat masih rendah, yaitu hanya sekitar 3,5 ton gabah kering panen (GKP) per hektar, dibandingkan rata-rata provinsi 5–6 ton per hektar (BPS NTT, 2024). Penelitian ini menggunakan metode secara deskriptif dengan pendekatan kualitatif, bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam mempertahankan usaha tani padi sawah di Desa Noelbaki. Teknik pengambilan responden dengan proportional random sampling sebanyak 75 petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok usia petani dengan persentase tertinggi berada pada usia 40-58 tahun (60,5%) hal ini menunjukkan bahwa mayoritas petani di daerah penelitian berada pada usia yang kurang produktif, karena umur di atas 40 tahun kemampuan fisik mulai menurun. Luas lahan yang dimiliki petani sebagian besar 0,5-1 Ha (65,5%). Status kepemilikan lahan sebesar 67,55 adalah lahan kontrak yang digarap oleh petani. Rata-rata pendidikan petani di daerah penelitian adalah SMA (58%). Pengalaman berusahatani petani rata-rata 10-30 tahun (47%).
Ketahanan usaha petani padi sawah di Desa Noelbaki sangat dipengaruhi oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi: tingkat pendidikan, pengalaman bertani, status kepemilikan lahan, pendapatan, serta kebutuhan konsumsi rumah tangga. Tingkat pendidikan yang tinggi pada petani berkontribusi pada kemampuan mengakses dan mengadopsi inovasi teknologi, serta pengambilan keputusan yang lebih rasional (Nainggolan & Proklamita, 2024). Selain itu, pengalaman berusahatani memperkuat kemampuan petani dalam memahami siklus tanam, dan kondisi tanah secara lebih mendalam. Pengalaman juga mengajarkan cara efektif menghadapi kegagalan panen, serangan hama, dan perubahan cuaca secara adaptif (Nainggolan, Fitri, & Malik, 2021). Pendapatan petani di Desa Noelbaki masih cukup rendah dan sebagian besar hasil panen digunakan untuk konsumsi keluarga, menyebabkan prioritas rumah tangga lebih diutamakan daripada pemasaran hasil panen. Tingkat pendapatan petani sangat dipengaruhi oleh produktivitas lahan, harga jual gabah di tingkat petani, biaya input seperti benih dan pupuk (Hakim et al., 2021). Pola kepemilikan lahan di Desa Noelbaki didominasi sistem kontrak, sehingga sebagian hasil harus dibagi dengan pemilik tanah sehingga pendapatan petani menjadi lebih terbatas dibandingkan petani pemilik lahan secara langsung. Sekitar 60-70% hasil panen padi digunakan untuk konsumsi keluarga, sedangkan sisanya dijual di pasar dengan harga yang relatif stabil tetapi cenderung fluktuatif dari waktu ke waktu. Pola ini juga dipengaruhi oleh faktor sosial budaya dan kemampuan ekonomi petani yang masih terbatas dalam akses pasar dan modal. Penjualan di pasar lokal menjadi pilihan karena lebih mudah dijangkau dan tidak memerlukan biaya distribusi tinggi (Rahman, Aritonang, & Fitrianti, 2025).
Faktor eksternal yang mempengaruhi ketahanan petani antara lain akses terhadap subsidi pupuk, penyuluhan pertanian, pengadaan input produski, dan ketersediaan irigasi. Penyediaan subsidi pupuk sangat krusial bagi produktivitas, namun kerap terkendala oleh distribusi yang tidak merata dan birokrasi (BPS NTT, 2025). Sementara itu, akses terhadap penyuluh masih terdapat kendala yang signifikan, seperti jumlah penyuluh yang terbatas, jarak yang cukup jauh antara petani serta frekuensi kunjungan penyuluh yang belum optimal. Akses pengadaan input produksi mantangan ditemui kendala seperti distribusi yang tidak merata, harga yang fluktuatif, serta keterbatasan modal yang membatasi kemampuan petani untuk membeli input produksi. Kondisi ini memaksa sebagian petani mengurangi penggunaan input, yang berdampak pada penurunan hasil panen. Keterbatasan irigasi yang beberapa tahun terakhir semakin terasa akibat pengaruh El Nino juga menjadi faktor penentu utama penurunan produksi di Desa Noelbaki (BPS, 2024). Irigasi yang tidak optimal membuat petani sering bergantung pada curah hujan yang tidak menentu.
Kesimpulan penelitian ini bahwa faktor internal seperti pendidikan, pengalaman, pendapatan, konsumsi sendiri, dan kepemilikan lahan, faktor serta eksternal seperti ketersediaan subsidi pupuk, akses penyuluh, input produksi, dan ketersediaan irigasi berperan penting dalam mempengaruhi seluruh usaha pertanian padi sawah di Desa Noelbaki. Upaya integratif antara peningkatan kapasitas internal petani dan perbaikan sistem pendukung eksternal menjadi sangat penting untuk memperkuat ketahanan dan daya saing pertanian, khususnya dalam menghadapi krisis iklim.