VIABILITAS BENIH KAYU PUTIH (Melaleuca Cajuputi) PADA BERBAGAI MEDIA KECAMBAH

Authors

  • Yakub Benu
  • Luisa Moi Manek
  • Ni Kade Ayu Dewi Aryani
  • Melkianus Pobas
  • Yofris Puay
  • Fredik Soleman Aramak
  • Musa Frengkianus Banunaek

Abstract

Kayu putih (Melaleuca cajuputi) merupakan tanaman penghasil minyak atsiri, yang ketersediaanya belum mencukupi kebutuhan dalam negeri (Benu et al., 2025). Praktek penanaman dalam peningkatan populasinya perlu didukung oleh ketersediaan bibit yang berkualitas. Viabilitas benihnya merupakan langkah awal dalam upaya pemenuhan ketersedian bibit. Viabilitas benih sangat didukung oleh media kecambah sebagai faktor eksternal (Aji et al., 2018). Oleh karena itu, tujuan penelitian ini untuk mengetahui viabilitas benih kayu putih pada berbagai media tabur.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2025. Bahan yang digunakan adalah 10 mg benih kayu putih (40 benih) (Burahman et al., 2014), tanah, pasir, kasgot, kompos baglog jamur tiram, bokashi dan air. Setiap 40mg benih dicampur dengan pasir halus (200 mg), kemudian ditabur pada setiap wadah kecambah yang telah terisi dengan media tunggal (5 ulangan). Pemeliharaan dan pengamatan dilakukan selama 30 hari. Analisis data dilakukan dengan menghitung Daya Kecambah (DK), Laju Perkecambahan (LP) dan Indeks Kecepatan Perkecambahan (IKP).

Viabilitas benih merupakan daya hidup benih yang ditunjukkan gejala metabolisme dan pertumbuhan awal (Sopian et al., 2021). Hasil penelitian viabilitas benih kayu putih tersaji pada Tabel 1.

 Tabel 1. Rakapitulasi Rata-Rata Viabilitas Kayu Putih

Rerata

Perlakuan

 

Tanah

Pasir

Kasgot

Kompos Baglog Jamur Tiram

Bokashi

DK (%)

81,5

70

76

64,5

56,5

LP (Hari)

4,36

4,44

4,41

4,5

5,42

IKP (Hari)

7,6

6,44

7,03

5,88

4,36

Keterangan: Hasil Analisis Data Primer, 2025.

 

DK adalah kemampuan benih untuk tumbuh normal dan berproduksi normal pada kondisi lingkungan yang sesuai (Sopian et al., 2021). Rekapitulasi pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan tanah memiliki nilai tertinggi (81,50%). Hal ini diduga karena tanah memiliki sifat fisik yang baik. Anjani & Pratama (2020), menemukan bahwa media dengan aerasi dan drainase baik cenderung meningkatkan persentase perkecambahan.

LP merupakan jumlah hari yang dibutuhkan benih untuk berkecambah, yaitu munculnya radikula dan plumula (Fatikhasari et al., 2022). Berdasarkan sajian data pada Tabel 1 mengindikasikan bahwa media tanah mencatat waktu tercepat (4,36 Hari) dalam laju perkecambahan benih kayu putih. Sinergi antara kelembaban, aerasi dan kestabilan suhu pada media tanah sangat mendukung laju perkecambahan (Jisha et al., 2015).

IKP adalah ukuran yang digunakan untuk menggambarkan seberapa cepat dan efisien suatu benih, dapat berkecambah dalam periode waktu tertentu (Megasari et al., 2024). Untuk benih kayu putih IKP tertinggi terdapat pada perlakuan tanah (Tabel 1). Kehadiran tanah mendukung proses imbibisi air berlangsung secara optimal tanpa menyebabkan kekurangan oksigen, yang sangat penting dalam respirasi benih pada tahap awal perkecambahan (Zahra., 2021).

Penggunaan media kecambah tanah memberikan hasil viabilitas terbaik pada benih kayu putih baik dari segi daya kecambah, laju perkecambahan maupun indeks kecepatan perkecambahan. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan dengan variasi konsentrasi tanah untuk mengoptimalkan viabilitas benih kayu putih.

Downloads

Published

2025-11-28

How to Cite

Benu, Y., Manek, L. M., Aryani, N. K. A. D., Pobas, M., Puay, Y., Aramak, F. S., & Banunaek, M. F. (2025). VIABILITAS BENIH KAYU PUTIH (Melaleuca Cajuputi) PADA BERBAGAI MEDIA KECAMBAH. Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian, 8(1), 28–29. Retrieved from https://ejurnal.politanikoe.ac.id/index.php/psnp/article/view/480