KAJIAN EFISIENSI DAN TANTANGAN RANTAI PASOK GULA SEMUT DI PULAU ROTE, NUSA TENGGARA TIMUR

Authors

  • Agrippina Agnes Bele
  • Ima Malawati
  • John Tibo Kana Tiri
  • Melinda Moata

Abstract

Gula semut merupakan produk turunan nira lontar bernilai ekonomi tinggi yang banyak dikembangkan di Pulau Rote, NTT. Pengolahannya masih tradisional dan berskala rumah tangga sehingga nilai tambah bagi petani rendah, sementara rantai pasok panjang dan tidak efisien. Keuntungan lebih banyak dinikmati pedagang daripada penyadap nira. Tantangan utama meliputi keterbatasan infrastruktur, biaya transportasi tinggi, mutu produk tidak konsisten, serta minimnya akses pasar dan kelembagaan petani. Padahal, prospek ekonominya besar karena harga gula semut nasional jauh lebih tinggi. Diperlukan efisiensi rantai pasok, peningkatan mutu, dan penguatan kelembagaan untuk pengembangan berkelanjutan.

Penelitian dilakukan dengan pendekatan studi kualitatif dan studi literatur. Data primer diperoleh melalui observasi lapangan dan wawancara mendalam dengan petani penyadap, pelaku pengolah, pengepul, dan pedagang lokal. Data sekunder dikumpulkan dari laporan pemerintah daerah, jurnal ilmiah, dan publikasi kementerian terkait. Analisis data dilakukan secara deskriptif melalui pemetaan alur rantai pasok, analisis nilai tambah, serta identifikasi faktor penghambat dan peluang pengembangan.

Penelitian di Desa Oetutulu menunjukkan petani menyadap 10–15 pohon lontar dengan produktivitas sekitar 5 liter nira per pohon per hari. Dari 6–7 liter nira dihasilkan 1 kg gula semut, sehingga produksi per petani mencapai sekitar 3,4 ton per tahun. Rantai pasok melibatkan petani, pengolah, pengepul, pedagang, dan distributor nasional. Struktur rantai pasok masih tradisional dan tidak terkoordinasi, menyebabkan posisi tawar petani rendah. Biaya produksi sekitar Rp6.500/kg, sedangkan harga jual lokal Rp15.000–20.000/kg dan nasional Rp35.000–50.000/kg. Margin keuntungan besar dinikmati pedagang, sehingga efisiensi dan penguatan kelembagaan petani sangat diperlukan.

Hambatan utama pengembangan gula semut Rote meliputi 1) Skala usaha kecil dan kapasitas produksi terbatas, dengan teknologi pengolahan masih sederhana; 2) Mutu produk tidak konsisten, terutama pada kadar air, warna, dan tekstur kristal. 3) Kemasan kurang menarik dan tidak higienis, sehingga sulit bersaing di pasar modern; 4) Biaya transportasi yang tinggi akibat letak geografis Pulau Rote yang terpencil juga menjadi kendala utama, ditambah dengan 5) Minimnya sertifikasi seperti PIRT, halal, dan organik yang dibutuhkan untuk memperluas akses ke pasar nasional maupun ekspor. Untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing gula semut Rote, diperlukan upaya penggunaan teknologi pengolahan hemat energi seperti tungku biomassa efisien dan rumah pengering surya untuk menjaga mutu produk, serta penerapan standardisasi proses kristalisasi dan kadar air agar kualitas sesuai standar. Selain itu, pengembangan kemasan higienis dan menarik dengan label informasi gizi dan asal produk dapat meningkatkan kepercayaan konsumen. Pembentukan koperasi atau kelompok produsen juga penting untuk memperkuat posisi tawar petani melalui pengolahan bersama dan pemasaran kolektif. Akses pasar dapat diperluas melalui sertifikasi halal, organik, serta branding lokal “Gula Semut Rote”, sementara kemitraan dengan UMKM dan pelaku usaha besar akan memperluas distribusi dan menjamin kontinuitas suplai. Seluruh langkah ini sejalan dengan konsep agribisnis inklusif yang menekankan peran aktif petani kecil dalam rantai nilai melalui dukungan teknologi dan kelembagaan yang kuat.

Pulau Rote memiliki potensi besar dalam pengembangan gula semut berbasis nira lontar sebagai komoditas unggulan daerah. Analisis rantai pasok menunjukkan bahwa meskipun nilai ekonomi produk cukup tinggi, efisiensi dan daya saingnya masih terbatas oleh skala produksi kecil, mutu tidak konsisten, dan lemahnya kelembagaan petani. Peningkatan efisiensi dapat dilakukan melalui adopsi teknologi sederhana, standardisasi mutu, dan penguatan kelembagaan ekonomi petani. Dukungan pemerintah daerah, lembaga riset, serta sektor swasta menjadi penting dalam mendorong transformasi rantai pasok gula semut menuju sistem yang lebih terintegrasi dan berkelanjutan. Dengan demikian, gula semut Rote berpeluang menjadi produk unggulan yang tidak hanya meningkatkan kesejahteraan petani, tetapi juga mendukung pembangunan ekonomi hijau di NTT.

Downloads

Published

2025-11-28

How to Cite

Bele, . A. A., Malawati, I., Tiri, J. T. K., & Moata, M. (2025). KAJIAN EFISIENSI DAN TANTANGAN RANTAI PASOK GULA SEMUT DI PULAU ROTE, NUSA TENGGARA TIMUR. Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian, 8(1), 10. Retrieved from https://ejurnal.politanikoe.ac.id/index.php/psnp/article/view/426