STRATEGI KONSERVASI BIODIVERSITAS DAN EKOWISATA BERNILAI EKONOMI KREATIF DI TESBATAN KECAMATAN AMARASI, KABUPATEN KUPANG
Abstract
Wilayah desa Tesbatan di Kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang, memiliki kekayaan biodiversitas yang tinggi serta potensi ekowisata alam dan budaya yang khas. Pengelolaan potensi tersebut masih belum optimal karena kegiatan konservasi yang dilakukan masih bersifat pasif, sedangkan pengembangan ekowisata belum terintegrasi dengan potensi ekonomi kreatif lokal. Akibatnya, manfaat ekologis dan ekonomi dari kekayaan sumber daya alam tersebut belum dirasakan secara maksimal oleh masyarakat sekitar. Keberhasilan pengelolaan kawasan sangat bergantung pada keterlibatan seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah daerah, tokoh adat, masyarakat, dan lembaga kehutanan yang berperan dalam mengawal pelestarian sumber daya hutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal (Bakri et al., 2024).
Penelitian ini menggunakan pendekatan sistemik dan partisipatif yang menggabungkan analisis potensi sumber daya alam, pemetaan sosial, serta teknik pemodelan kebijakan. Tahapan penelitian meliputi identifikasi potensi flora dan fauna serta daya tarik wisata alam dan budaya; analisis variabel kunci menggunakan Matrix of Cross Impact Multiplications Applied to Classification (MICMAC) untuk menentukan faktor pendorong; pemetaan peran aktor dengan Matrix of Alliances and Conflicts: Tactics, Objectives and Recommendations (MACTOR); dan penyusunan struktur strategi menggunakan Interpretive Structural Modeling (ISM). Pengumpulan data dilakukan melalui survei lapangan, wawancara mendalam menggunakan kuesioner terarah yang melibatkan 10 aktor diantaranya Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK), Kelurahan Tesbatan, Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), tokoh adat setempat dan lain-lain.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kelurahan desa Tesbatan, DLHK, tokoh adat, dan KPH merupakan aktor dengan pengaruh paling kuat dalam sistem pengelolaan kawasan. Analisis ISM mengungkap bahwa faktor utama yang memengaruhi keberhasilan pengembangan konservasi dan ekowisata adalah daya tarik wisata alam, kekayaan budaya lokal, dukungan pemerintah, dan kejelasan regulasi. Keempat faktor ini saling berinteraksi dalam membentuk sistem pengelolaan yang adaptif dan berkelanjutan. Daya tarik alam dan budaya lokal berfungsi sebagai penggerak sosial dan ekonomi, sementara dukungan pemerintah dan regulasi yang kuat menjadi faktor pendorong utama (driver variables) dalam struktur hierarki ISM. Berdasarkan hasil analisis, strategi penguatan kelembagaan lokal menjadi prioritas untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan kawasan.
Strategi yang direkomendasikan melalui model ISM meliputi penguatan koordinasi lintas lembaga antara DLHK, KPH, dan pemerintah kelurahan; peningkatan kapasitas masyarakat melalui pelatihan dan pendampingan berbasis ekonomi kreatif; serta penyusunan regulasi daerah yang berpihak pada pelestarian biodiversitas dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Implementasi strategi ini akan memperkuat hubungan antar aktor dan memastikan pengelolaan sumber daya berjalan secara partisipatif, adaptif, dan berkelanjutan (Laili, 2025). Hasil kajian ini menunjukkan bahwa keberhasilan konservasi tidak hanya bergantung pada aspek ekologi, tetapi juga pada penguatan sosial dan ekonomi masyarakat setempat. Pendekatan kolaboratif berbasis kearifan lokal perlu terus dikembangkan agar pengelolaan kawasan desa Tesbatan dapat menjadi model bagi pengembangan ekowisata berkelanjutan di wilayah lain di Nusa Tenggara Timur.
Penelitian ini menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah, masyarakat adat, dan lembaga pengelola hutan dalam mengembangkan strategi konservasi yang menjaga biodiversitas sekaligus mendorong ekonomi kreatif berbasis ekowisata. Dengan dukungan regulasi dan partisipasi aktif seluruh pihak, desa Tesbatan berpotensi menjadi destinasi ekowisata unggulan yang berkelanjutan secara ekologis, sosial, dan ekonomi.