PENGARUH JENIS FORMULASI TERHADAP KUALITAS JAMUR ENTOMOPATOGEN METARRHIZIUM ANISOPLIAE
Abstract
Salah satu faktor pembatas produktivitas ubi jalar di wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan yaitu serangan hama Cylas formicarius. Pengendalian C. formicarius menggunakan pestisida sintetik dapat menimbulkan dampak negatif. Salah satu alternatif pengendalian hama yang dapat mengurangi dampak tersebut ialah penggendalian hama secara hayati. Salah satu agens hayati adalah jamur entomopatogen. Lapinangga., dkk (2021) melaporkan bahwa jamur entomopatogen Metarhizium anisopliae isolat lokal layak dikembangkan sebagai bioinsektisida untuk mengendalikan hama C. formicarius.
Penelitian dilakukan untuk mengevaluasi kualitas cendawan Metarrhizium anisopliae pada formulasi yang berbeda. Kualitas formulasi cendawan terukur dari viabilitas dan kerapatan spora. Formulasi yang diuji yaitu formulasi pelet alginat, tepung, dan cair. Penelitian disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 kali ulangan. Data kualitas jamur diuji dengan sidik ragam (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa beberapa formulasi entomopatogen M. anisopliae yang diuji berpengaruh sangat nyata terhadap kerapatan dan viabilitas konidia M. anisopliae. Uji viabilitas konidia M. anisopliae dilakukan untuk mengetahui seberapa besar jumlah konidia berkecambah dalam jangka waktu 24 jam setelah inokulasi. Hal ini perlu dilakukan untuk menentukan potensi jamur M. anisopliae menginfeksi serangga inang. Kerapatan konidia M. anisopliae formulasi cair sebesar 10,31x109 konidia/ml, sangat berbeda nyata dengan formulasi tepung 8,81x109 konidia/ml dan formulasi pelet alginat 8,65x109 konidia/ml. Sedangkan viabilitas formulasi berturut-turut yaitu formulasi cair sebesar 90%, diikuti formulasi tepung sebesar 84% lalu formulasi pelet alginat sebesar 83%.