Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Pengabdian https://ejurnal.politanikoe.ac.id/index.php/psnb <p>Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Pengabdian (PSNB) merupakan media publikasi ilmiah hasil-hasil pengabdian bidang Pertanian Terapan yang telah dipresentasikan pada konferensi seminar nasional hasil penelitian dan pengabdian yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat (P3M) Politeknik Pertanian Negeri Kupang.</p> <p>PSNB saat ini telah memiliki e-ISSN (<em>International Standard Serial Number</em>) terdaftar pada BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) dengan nomor 2987-7687 sesuai SK penerbitan Nomor <a href="https://drive.google.com/file/d/1kPxhl3hZC0dsxepaWIoLIid4VqK5Y7lt/view?usp=drive_link">29877687/II.7.4/SK.ISSN/06/2023</a></p> <p>PSNB terbit 1 (satu) kali setiap tahunnya setiap bulan Desember dalam terbitan versi online. Edisi pertama Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Pengabdian adalah Edisi Cetak pada Desember 2018 sampai dengan Edisi Ke-3 (Desember 2020). Namun mulai dari Edisi Ke-4 (Desember 2022) dan seterusnya hanya diterbitkan dalam versi online.</p> <p>Sejak Edisi Ke-8 (November 2025), prosiding ini hanya menerima dan mempublikasikan artikel dalam format <em data-start="171" data-end="187">one-page paper</em>. Format ini dirancang untuk menyajikan hasil kegiatan pengabdian secara ringkas, terfokus, dan informatif, sehingga memudahkan pembaca untuk mengakses inti kegiatan secara cepat dan efisien. Setiap <em data-start="382" data-end="398">one-page paper</em> harus mencakup elemen utama pengabdian—latar belakang, metode, hasil, dan kesimpulan—dalam satu halaman penuh sesuai template resmi (di luar Daftar Pustaka).</p> en-US basrytang@gmail.com (Basry Yadi Tang) ryandj@gmail.com (Romiyanto Djari) Fri, 28 Nov 2025 00:00:00 +0800 OJS 3.3.0.8 http://blogs.law.harvard.edu/tech/rss 60 Halaman Sampul, Editorial Board dan Daftar Isi https://ejurnal.politanikoe.ac.id/index.php/psnb/article/view/28 <p><strong>SEMINAR NASIONAL </strong><strong>HASIL-HASIL </strong><strong>PENGABDIAN</strong></p> <p><strong>PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT</strong></p> <p><strong>POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG</strong></p> <p><strong>&nbsp;</strong></p> <p><strong>TEMA:</strong></p> <p><strong>INOVASI PERTANIAN BERDAMPAK UNTUK KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN </strong></p> <p><strong>(<em>IMPACTFUL AGRICULTURAL INNOVATION FOR SUSTAINABLE FOOD SECURIT</em>Y)</strong></p> <p>&nbsp;</p> <p><strong>IS</strong><strong>SN</strong><strong> : 2987-7687<br></strong></p> <p><strong>Volume 8 Nomor (1) Tahun 2025</strong></p> Editor Copyright (c) 2025 Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Pengabdian https://ejurnal.politanikoe.ac.id/index.php/psnb/article/view/28 Fri, 28 Nov 2025 00:00:00 +0800 PEMBIBITAN TANAMAN HUTAN DAN KONSERVASI DAERAH MATA AIR DI DESA MATA AIR, KABUPATEN KUPANG https://ejurnal.politanikoe.ac.id/index.php/psnb/article/view/465 <p>Kondisi iklim kering menjadi ciri khas dari wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) yang menyebabkan kemarau berkepanjangan (Mulyawan, 2025). Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Cinta Kasih di Desa Mata Air, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang adalah menurunnya debit air pada mata air setempat akibat kemarau yang berkepanjangan. Selain itu kurangnya pengetahuan masyarakat terkait konservasi daerah mata air. Oleh karena itu, kegiatan pengabdian ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan pemahaman kelompok masyarakat anggota KWT Cinta Kasih tentang konservasi daerah mata air dan melakukan pelatihan pembibitan tanaman hutan sebagai bagian dari upaya rehabilitasi lahan kritis dan pelestarian sumber daya air.</p> <p>Pendekatan yang dilakukan adalah melalui FGD (<em>Focus Group Discussion</em>), penyuluhan dan pelatihan. FGD menggunakan metode <em>partisipatory</em> dilakukan antara tim pelaksana kegiatan program bersama Kelompok Wanita Tani Cinta Kasih untuk menemukan masalah dan memecahkan masalah yang dihadapi oleh mitra. Berdasarkan hasil FGD, permasalahan yang dihadapi oleh mitra adalah menurunnya debit air pada mata air setempat ketika musim kemarau tiba. Dalam kegiatan ini juga disepakati jadwal pelaksanan kegiatan. Pendekatan penyuluhan dilakukan menggunakan metode secara langsung (<em>direct communication </em>atau<em> face to face communication)</em> (Ismail, 2019). Penyuluhan dilakukan oleh tim pengabdian kepada masyarakat anggota KWT Cinta Kasih. Materi penyuluhan yang diberikan adalah pembibitan tanaman hutan yaitu cendana dan kenari, konservasi daerah mata air dan agroekowisata. Untuk pelatihan pembibitan tanaman hutan menggunakan metode <em>community development practice,</em> dilengkapi pendekatan partisipatif dan edukatif. Pelatihan pembibitan tanaman hutan diberikan adalah pembibitan tanaman cendana (<em>Santalum album</em>) dan tanaman kenari (<em>Canarium indicum</em>). Tanaman cendana dipilih karena merupakan tanaman endemik Nusa Tenggara Timur yang perlu dilestarikan. Tanaman kenari dipilih karena memiliki fungsi ekonomi dan ekologis dalam menahan erosi, meningkatkan infiltrasi air, dan menjaga kestabilan tanah di sekitar mata air<em>. </em>Adapun tahapan kegiatan pembibitan tanaman hutan terdiri dari pemilihan jenis benih tanaman hutan yang berkualitas, pembuatan persemaian, persiapan media tanam, pengisian polibag, perlakuan benih, penaburan benih,</p> <p>Partisipasi masyarakat masih termasuk kategori kurang sehingga perlu pendampingan rutin terhadap masyarakat khususnya masyarakat anggota kelompok tani untuk meningkatkan peran serta dan peran aktif masyarakat serta koordinasi terkait kegiatan tahap selanjutnya.</p> Flora Evalina Ina Kleruk, Jeriels Matatula, Frenly Marvi Selanno Copyright (c) 2025 Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Pengabdian https://ejurnal.politanikoe.ac.id/index.php/psnb/article/view/465 Fri, 28 Nov 2025 00:00:00 +0800 PENINGKATAN PENDAPATAN MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI PETERNAKAN PADA KELOMPOK TANI SULAMANDA DESA MATA AIR KABUPATEN KUPANG https://ejurnal.politanikoe.ac.id/index.php/psnb/article/view/355 <p>Kelompok Tani Sulamanda adalah salah satu kelompok tani yang melakukan diversifikasi usaha, yaitu usaha padi sawah, tanaman hortikultura, perikanan dan juga peternakan dengan jumlah anggota 37 orang. Jarak tempuh kelompok tani dengan kampus Politeknik Pertanian Negeri Kupang yaitu kurang lebih 2 km. Hasil wawancara dengan peternak dikemukakan bahwa jika musim kemarau tiba, ternak kekurangan pakan, sehingga petani susah untuk mendapatkannya. Kondisi perkandangan ternak sapi potong di kelompok mitra juga belum memenuhi syarat teknis perkandangan yang baik. Sugeng (2004) menyatakan kandang ternak sapi yang baik adalah kandang yang memenuhi&nbsp; syarat&nbsp; teknis&nbsp; di antaranya&nbsp; memiliki&nbsp; atap&nbsp; untuk&nbsp; menaungi ternak dari kondisi panas matahari dan hujan, lantai kandang berukuran 1,8 x 2 m dan dibuat miring untuk memudahkan pembersihan kandang, serta memiliki tempat pakan dan tempat air minum.</p> <p>Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dilaksanakan di kelompok tani Sulamanda yang berlokasi di Desa Mata Air, Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang. Kegiatan tersebut dilakukan selama 5 (lima) bulan dari bulan Mei – September 2025. Kegiatan PKM di Kelompok Tani Sulamanda menggunakan beberapa metode yaitu ceramah, diskusi, demplot, dan pendampingan kepada anggota mitra kelompok tani Sulamanda.</p> <p>Hasil pelaksanaan PKM di Kelompok Tani Sulamanda yaitu adanya partisipasi aktif dari anggota kelompok dalam mengikuti semua rangkaian kegiatan, peningkatan pengetahuan anggota kelompok terhadap bagaimana menghasilkan produk-produk olahan (daging babi) berupa pembuatan bakso, sosis dan daging se’i masing-masing sebanyak 10 kg, peningkatan pengetahuan dalam pengolahan limbah peternakan dalam hal pembuatan bokashi sebanyak 500 kg, dan adanya kesadaran anggota kelompok akan pentingnya perkandangan dalam kegiatan usaha penggemukan ternak sapi. Selain itu, hasil dari kegiatan ini adalah tersedianya kandang sapi individu untuk kegiatan paronisasi sebanyak 2 unit berukuran 2 x 1,8 m dan pengetahuan mitra tentang pembutan kandang sapi sesuai syarat teknis perkandangan. Peningkatan pengetahun kelompok tani dalam pengolahan hasil ternak dan pembuatan kandang ternak sapi menunjukkan transfer pengetahuan dapat diterapkan. Peningkatan pengetahuan ini menunjukkan peran penyuluhan secara simultan memiliki pengaruh nyata terhadap tingkat adopsi oleh peternak dan memberikan dampak positif terhadap perubahan perilaku peternak (Lenzun <em>et al</em>., 2021; Karungu <em>et al</em>., 2020).</p> <p>Pelaksanaan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) di kelompok tani Sulamanda telah memberikan manfaat positif terutama menghasilkan produk-produk olahan dalam upaya mempercepat proses pemasaran hasil ternak, pengolahan limbah peternakan menjadi produk bokashi yang bernilai jual (meningkatkan pendapatan peternak) dan kesadaran peternak dalam meningkatkan produktivitas ternak sapi melalui sistem perkandangan yang baik.</p> Yori R. Menoh, Andy Y. Ninu, Ferdinan S. Suek, Agustinus Paga, Yustus S. No Mbeong Copyright (c) 2025 Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Pengabdian https://ejurnal.politanikoe.ac.id/index.php/psnb/article/view/355 Fri, 28 Nov 2025 00:00:00 +0800 PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN TERPADU UNTUK MENDUKUNG PERTANIAN BERKELANJUTAN DI KELOMPOK WANITA TANI CINTA KASIH https://ejurnal.politanikoe.ac.id/index.php/psnb/article/view/348 <p>Kelompok Wanita Tani (KWT) Cinta Kasih di Desa Mata Air, Kabupaten Kupang, memiliki potensi besar dalam pengembangan pertanian hortikultura. Namun, mereka menghadapi berbagai kendala yang menghambat produktivitas dan keberlanjutan, seperti keterbatasan sistem irigasi, ketergantungan pada pestisida kimia, serta belum optimalnya pemanfaatan limbah organik dan kotoran ternak sebagai pupuk alami (Lestari <em>et al</em>., 2023). Oleh karena itu, perlu diterapkan Sistem Pertanian Terpadu (SPT) yang mengintegrasikan pengelolaan air, pemanfaatan pupuk organik, dan pengendalian hama ramah lingkungan. Penggunaan pupuk bokashi yang dihasilkan dari limbah organik terbukti mampu meningkatkan kesuburan tanah dan memperbaiki struktur tanah secara alami (Hata <em>et al</em>., 2021). Selain itu, penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) berbasis pestisida nabati seperti ekstrak daun mimba merupakan pendekatan ekologis yang efektif dalam mengendalikan hama tanpa merusak ekosistem (Kamanga <em>et al</em>., 2025).</p> <p>Kegiatan pengabdian dilaksanakan dengan pendekatan partisipatif yang melibatkan anggota KWT Cinta Kasih secara aktif sejak perencanaan hingga evaluasi untuk membangun rasa memiliki terhadap program (Lekhavarshinee <em>et al</em>., 2024). Tahapan kegiatan meliputi: (1) pembangunan sistem irigasi terpadu; (2) penerapan pupuk bokashi dalam budidaya; serta (3) penerapan pestisida nabati daun mimba. Evaluasi dilakukan melalui skala penskoringan 1-3 guna menilai efektivitas program dan memastikan keberlanjutan penerapan sistem pertanian terpadu di KWT Cinta Kasih.</p> <p>Penerapan SPT menghasilkan peningkatan efisiensi air, kesuburan tanah, dan pengendalian hama secara ekologis. Sistem irigasi terpadu meningkatkan efektivitas distribusi air, sedangkan penggunaan pupuk bokashi memperbaiki struktur tanah dan produktivitas tanaman (Hata <em>et al</em>., 2021). Komoditas hortikultura seperti brokoli, kembang kol, pakcoi, bayam, dan kangkung menunjukkan peningkatan hasil dengan nilai ekonomi mencapai Rp 1.802.000, serta tanaman jangka panjang seperti pepaya California dan buah naga tumbuh 100% hidup. Hasil ini menegaskan efektivitas SPT dalam meningkatkan produktivitas sekaligus memperkuat posisi sosial-ekonomi perempuan tani (Lestari <em>et al</em>., 2023).</p> <p>Program Sistem Pertanian Terpadu (SPT) di KWT Cinta Kasih berhasil meningkatkan efisiensi penggunaan air, kesuburan tanah, dan pengendalian hama ramah lingkungan. Melalui penerapan irigasi terpadu, pupuk bokashi, dan pestisida nabati, produktivitas hortikultura meningkat, pendapatan petani bertambah, serta peran perempuan tani dalam pertanian berkelanjutan semakin kuat.</p> Deorosari E. Takene, Paulus Pasau, Marvin J. Pandu, Marlin Marhaeni Pe, Esra F. Karo-Karo, Basry Y. Tang, Jemseng C. Abineno, Stefanus M. Kuang, Yosefus F. da-Lopez, Welianto Boboy, Antonius Jehemat, Melinda R. S. Moata, Noldin M. Abolla, Yason E. Benu, Magfira Syarifuddin, Alfred U. K. Ngaji, Maria S. Medho, Nimrot E. M. Neonufa, Aydamel A. G. M. Takalapeta, Esra Rombeallo, Risky Meyranti Copyright (c) 2025 Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Pengabdian https://ejurnal.politanikoe.ac.id/index.php/psnb/article/view/348 Fri, 28 Nov 2025 00:00:00 +0800 PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICE (GAP) TANAMAN PADI BERBASIS AGROEKOLOGI https://ejurnal.politanikoe.ac.id/index.php/psnb/article/view/345 <p>Budidaya padi merupakan komoditas utama yang berperan penting dalam menjaga ketahanan pangan nasional. Namun budidaya padi masih menjadi kendala di banyak daerah termasuk di Desa Mata Air, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, bahwa praktik budidaya masih dilakukan secara konvensional, dengan permasalahan yang sering dihadapi dalam budidaya padi yaitu penggunaan atau input bahan kimia tinggi, tingginya tingkat serangan hama pada tanaman padi, bibit padi memerah dan kemudian mati setiap musim tanam kedua, tanaman padi sering mengalami kerebahan, dan kurangnya pengetahuan manajemen dalam perencanaan, pengelolaan hingga pemasaran, mengakibatkan produktivitas tanaman padi dan mutu hasil panen belum optimal. <em>Good Agriculture Practices</em> (GAP) merupakan pendekatan penting untuk meningkatkan efisiensi, menjaga kelestarian lingkungan, serta menghasilkan produk pertanian yang aman konsumsi. Melalui kegiatan pengabdian masyarakat ini, dilakukan upaya pendampingan kepada petani agar mampu menerapkan GAP secara tepat dan konsisten dalam proses budidaya padi.</p> <p>Kegiatan dilaksanakan selama delapan bulan (April–November 2025) di Kelompok Tani Sulamanada, Desa Mata Air, Kabupaten Kupang. Metode yang digunakan meliputi: a) Pelatihan: Penyampaian materi tentang prinsip GAP budidaya padi, pembuatan PGPR, Pupuk Organik Cair dan pengelolaan lahan yang efisien serta manajemen pembukuan sederhana, b) Pendampingan Lapangan: Monitoring penerapan GAP di lahan petani serta konsultasi rutin terhadap kendala teknis, c) Demonstrasi Plot (Demplot): Penerapan langsung GAP pada lahan contoh seluas 0,20 ha sebagai model pembelajaran, d) Evaluasi Hasil Panen: Pengukuran produktivitas padi untuk membandingkan hasil antara lahan GAP dan non-GAP.</p> <p>Hasil evaluasi menunjukkan peningkatan pengetahuan petani mengenai prinsip GAP mencapai 75% berdasarkan <em>pre-test</em> dan <em>post-test</em>. Penerapan GAP melalui demplot menghasilkan peningkatan produktivitas sebesar 15% dan penurunan penggunaan pestisida kimia hingga 30% karena pengaplikasian PGPR dan POC pada fase vegetatif hingga awal pembungaan (generatif) setiap 10 hari sekali. Hal tersebut dapat ditunjukkan dari jumlah anakan yang tumbuh yaitu 28-30 per rumpun. Menurut Nugroho <em>et al</em>. (2023), kombinasi POC dan PGPR pada tanaman padi dapat meningkatkan jumlah anakan padi 25-30 anakan per rumpun. Selain itu pengaplikasian kombinasi POC dan PGPR bersamaan dapat mempengaruhi pertumbuhan daun lebih hijau pekat dan batang lebih kuat dan tidak mudah rebah serta jaringan lebih tebal sehingga lebih tahan terhadap tusukan wereng. Hal ini sesuai dengan hasil di lapangan bahwa budidaya padi tanpa penerapan GAP dan menggunakan sistim GAP hasil yang diperoleh berbeda. Budidaya padi menggunakan prinsip GAP pertumbuhan tanamannya baik, meski terdapat serangan hama wereng namun tidak menyebabkan rebah pada tanaman dan tidak mempengaruhi hasil, jika dibandingkan dengan budidaya padi tanpa prinsip GAP. Kegiatan pendampingan dan praktik langsung terbukti efektif memperkuat kapasitas petani dalam mengelola lahan secara berkelanjutan. Penerapan GAP dalam budidaya padi dapat memperbaiki pH tanah, mengurangi serangan hama wereng dan kerebahan tanaman padi serta dapat meningkatkan hasil padi.&nbsp; Kegiatan ini diharapkan menjadi model pendampingan berkelanjutan menuju sertifikasi <em>Indonesian Good Agricultural Practices</em> (InGAP).</p> <p>Kegiatan penerapan <em>Good Agriculture Practices</em> pada budidaya padi di Kelompok Tani Sulamanada berhasil meningkatkan kemampuan petani dalam menerapkan praktik budidaya yang efisien, aman, dan ramah lingkungan. Disarankan agar kegiatan pendampingan dilakukan secara berkelanjutan dengan dukungan pemerintah daerah dan lembaga penyuluh pertanian untuk menuju sertifikasi <em>Indonesian Good Agricultural Practices (InGAP)</em>.</p> Theresia Ginting, Origenes Boy Kapitan, Marsema M. Kaka Mone Copyright (c) 2025 Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Pengabdian https://ejurnal.politanikoe.ac.id/index.php/psnb/article/view/345 Fri, 28 Nov 2025 00:00:00 +0800 TEKNOLOGI PRODUKSI MELON ORIENTAL MAKUWAURI SKALA GREENHOUSE SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PROFIT PETANI https://ejurnal.politanikoe.ac.id/index.php/psnb/article/view/346 <p>Prospek pasar benih dan buah melon oriental saat ini sangat besar. Beberapa petani dan pembudidaya melon skala <em>greenhouse</em> membutuh benih unggul dengan kualitas tinggi dan harga terjangkau. Perkembangan dunia pertanian digital juga turut menjadi factor penting dalam produk inovasi yang diusulkan. Segmen pasar buah melon oriental saat ini masih berada pada level konsumen menengah ke atas. Buah melon oriental saat ini hanya dapat ditemukan di pasar-pasar modern atau supermarket. Hal ini dikarenakan harga buah melon yang tinggi dengan kisaran 75.000-100.000 rupiah/kg. Tren konsumsi buah segar (<em>healthy &amp; fresh fruit</em>) juga perlu disosialisaikan kepada masyarakat agar selaras dengan program Makan Bergizi yang sedang diprioritaskan oleh pemerintah. Segmen pelanggan produk hilirisasi prototipe ini adalah konsumen kelas menengah ke atas yang peduli kualitas dan Kesehatan, pasar ekspor (jika produk sangat premium), supermarket dan toko buah premium, hotel, restoran, dan kafe (HoReKa), kolektor atau pemberi hadiah (melon premium sering digunakan sebagai hadiah mewah di Jepang). Benih melon oriental atau melon premium yang dibudidayakan oleh mitra atau petani, selama ini menggunakan benih impor dengan harga yang mahal dan membutuhkan waktu yang lama dalam pemesananya. Hal ini menjadi permasalahan mitra/petani melon oriental di Indonesia. Upaya untuk menyelesaikan permasalahan tersebut adalah dengan ketersediaan benih melon oriental yang diproduksi oleh institusi pendidikan di negeri sendiri (Indonesia). Hingga saat ini, belum ada perusahaan benih nasional yang memproduksi dan memasarkan benih melon oriental dan masih impor dari negara China, Jepang, dan Korea. Adapun bentuk kontribusi perguruan tinggi dalam kerjasama pembinaan dan penguatan usaha mitra vokasi meliputi pemberdayaan mitra atau peningkatan produktivitas melalui literasi digital, penerapan teknologi, serta pelatihan dan pendampingan mitra penerima manfaat yang terintegrasi dalam pembelajaran.</p> <p>&nbsp;</p> <p><strong>Tabel 1</strong>. Gambaran Kondisi Saat Awal Pengusulan (<em>Baseline</em>) dan Target Capaian.</p> <table> <tbody> <tr> <td width="31"> <p>No</p> </td> <td width="64"> <p>Jenis Inovasi</p> </td> <td width="141"> <p>Deskripsi</p> </td> <td width="161"> <p>Kondisi Awal</p> </td> <td width="208"> <p>Target Capaian</p> </td> </tr> <tr> <td width="31"> <p>1</p> </td> <td width="64"> <p>Performa produk</p> </td> <td width="141"> <p>Dua varietas melon oriental sebagai sumber pendapatan mitra.</p> </td> <td width="161"> <p>Mitra belum optimal memproduksi dan memasarkan benih dan buah melon oriental.</p> </td> <td width="208"> <p>Melon oriental skala <em>greenhouse</em> digital di lokasi mitra sebagai sumber pendapan mitra yang berfokus pada pertanian modern dan agroeduwisata.</p> </td> </tr> <tr> <td width="31"> <p>2</p> </td> <td width="64"> <p>Sistem produk</p> </td> <td width="141"> <p>Wisata petik buah dan belajar budidaya berbasis smart farming guna meningkatkan nilai produk utama.</p> </td> <td width="161"> <p>Produksi buah belum optimal.</p> <p>Tenaga lapangan belum memiliki keahlian yang cukup dalam budidaya smart farming.</p> </td> <td width="208"> <p>Peningkatan kualitas dan kuantitas produksi.</p> <p>Tenaga lapangan yang mumpuni dengan melibatkan insan perguruan tinggi.</p> </td> </tr> </tbody> </table> <p>&nbsp;</p> Anung Wahyudi, Ria Putri, Anna Dwi Putri, Ratna Dewi, Nurman Abdul Hakim Copyright (c) 2025 Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Pengabdian https://ejurnal.politanikoe.ac.id/index.php/psnb/article/view/346 Fri, 28 Nov 2025 00:00:00 +0800 PRAKTIK PERTANIAN HORTIKULTURA DI PKM KELOMPOK WANITA TANI CINTA KASIH, KUPANG TENGAH https://ejurnal.politanikoe.ac.id/index.php/psnb/article/view/464 <p>KWT Cinta Kasih di Desa Mata Air, Kupang Tengah selama ini melakukan budidaya tanaman hortikultura dengan 25 orang anggota mengusahakan komoditas hortikultura kangkung, bayam, pakcoi, dan sawi putih. Selama ini sumber air warga berasal dari DAM berukuran 25 x 30 m dengan kedalaman 1,8 m. Masalah yang ada yaitu lahan memiliki kesuburan rendah, pemadatan tanah dan porositas tanah rendah, keterbatasan pengetahuan tentang pupuk organik dan penggunaan pupuk anorganik sehingga mempengaruhi serangan hama dan penyakit, belum pahamnya mitra mengenai teknik budidaya sayuran yang baik dengan menanam tanpa jarak tanam yang pasti dan hanya memperkirakan antarlubang tanam, tidak memiliki jaringan instalasi untuk mengalirkan air sampai pada lahan budidaya, kecenderungan budaya petani untuk melakukan budidaya dengan waktu dan jenis komoditi yang seragam. Tujuan yang diharapkan yaitu model teknik budidaya sayuran, adanya metode irigasi yang efisien pada musim kemarau, adanya peningkatan kualitas hasil, peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan kemandirian petani dalam budidaya sayuran yang diterapkan melalui&nbsp; irigasi yang efisien, aplikasi pupuk organik padat dan cair pada sayuran, peningkatan ekonomi keluarga dengan kegiatan agrowisata pada lahan yang telah ditata dengan baik. Metode yang lakukan adalah, 1) ceramah/diskusi dengan menyampaikan pengetahuan secara lisan dan tulisan kepada peserta, 2) demonstrasi, memperagakan barang dan urutan sesuai kegiatan secara langsung, yang relevan dengan materi, 3) praktik di mana kelompok dilatih melakukan proses, 4) demplot, dengan dibuat berdasarkan kegiatan praktik, merupakan media belajar bersama bagi anggota kelompok wanita tani di lokasi yang disediakan, dan tim pelaksana dan kelompok menentukan lokasi demplot usaha tani. Tim menyiapkan alat, bahan, teknologi atau hasil praktik untuk diaplikasikan di lahan demplot dan tempat pengolahan komoditi, 5) Diskusi kelompok terfokus yang dilakukan bersama kelompok tani. Praktik pembuatan Bokashi, POC, dan Eco-enzim dibuat menggunakan limbah pertanian pada saat kegiatan, siap digunakan setelah 14 hari (2 minggu), serta pestisida nabati. Program PKM KWT Cinta Kasih telah dilaksanakan dengan baik yaitu pembuatan pestisida nabati, bokashi, POC dan sabun eco-enzim, serta budidaya sayuran menggunakan sistem irigasi pipa, dan budidaya melon. Teknik budidaya sayuran dilakukan secara baik dan benar dari tahapan persiapan benih sampai panen dengan menggunakan kalender tanam, pemilihan benih bermutu dari penjual dan pemeliharaan kualitas benih selama penyimpanan, pengembalian kesuburan tanah dengan memasukkan penggunaan pupuk organik dalam budidaya sayuran. ersedia air yang cukup bagi sayuran dengan adanya pompa dan dan instalasi irigasi yang tepat mendukung perencanaan daerah agrowisata pada wilayah ini yang sangat berpotensi memiliki kunjungan wisatawan untuk kegiatan agrowisata. Beberapa rencana kegiatan yang harus dilakukan kedepannya seperti pembuatan elemen agrowisata berupa pembuatan spot foto bagi para wisatawan, pemasangan jaringan irigasi untuk sayuran hortikultura kelompok wanita tani dengan sistem&nbsp; jaringan irigasi pipa, monitoring penyiraman pupuk organik cair dan Bokashi, perawatan melon yang telah ditanam kelompok tani. Kelompok tani Cinta Kasih memiliki keinginan kuat untuk memajukan usahanya agar produktif secara ekonomi. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh terus dikembangkan dan diterapkan sehingga meningkatkan perekonomian dari kelompok mitra dan masyarakat. Mitra perlu mengembangkan dan menyebarkan Iptek yang telah diterima kepada kelompok tani lain dan warga sekitar.</p> Roosna M. O. Adjam, Lena Walunguru, Nova D. Lussy, Eko H. A. Juwaningsih, Tri Luchi Proklamita, Ali Hasan, Yosefina Lewar, Henny M. C. Sine, Suryawati, Zainal Arifin, Laurensius Lehar, I Komang Sudarma, Micha Snoverson Ratu Rihi, Susniwan, Viona Nainggolan, Bonik K. Amalo Copyright (c) 2025 Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Pengabdian https://ejurnal.politanikoe.ac.id/index.php/psnb/article/view/464 Fri, 28 Nov 2025 00:00:00 +0800 DIVERSIFIKASI PRODUK OLAHAN PERIKANAN MELALUI NUGGET IKAN SEBAGAI ALTERNATIF PANGAN BERNILAI TAMBAH DI DESA LIFULEO https://ejurnal.politanikoe.ac.id/index.php/psnb/article/view/367 <p>Warga Desa Lifuleo di Kabupaten Kupang, NTT, sangat bergantung pada pertanian dan perikanan, namun hasil tangkapan mereka memiliki nilai ekonomi rendah karena dijual dalam keadaan segar dan rentan terhadap cuaca. Selain itu, banyak perempuan di desa ini secara ekonomi rentan karena peran mereka sebagai ibu rumah tangga. Untuk mengatasi masalah ini, diversifikasi &nbsp;produk perikanan melalui pengolahan menjadi solusi penting. Pelatihan pengolahan ikan, seperti pembuatan <em>nugget</em>, terbukti efektif dalam memberdayakan perempuan secara ekonomi. Dengan meningkatkan nilai jual hasil tangkapan dan melibatkan perempuan dalam kegiatan ekonomi, Desa Lifuleo dapat membangun ketahanan ekonomi keluarga yang lebih kuat dan merata. Pemberdayaan perempuan di Desa Lifuleo dilakukan dengan metode <em>Participatory Action Research</em> (PAR). Tahapannya meliputi survei untuk mengidentifikasi kebutuhan, sosialisasi, dan pelatihan pengolahan ikan. Program diakhiri dengan monitoring berkelanjutan untuk memastikan kemajuan dan keberlanjutan usaha. Hasil dari kegiatan pelatihan ini yaitu kelompok pengolah telah mampu memproduksi <em>nugget</em> ikan sebagai alternatif pangan bernilai tambah. Selain itu produk yang diproduksi oleh kelompok pengolah telah dilakukan uji hedonik kepada 30 orang panelis dengan hasil yaitu Aroma 4.66, Warna 3.86, Rasa 4.43 dan Tekstur 4.23.</p> <p>Dari diagram di atas diketahui bahwa program diversifikasi perikanan yang melibatkan kelompok pengolah bisa diterima di masyarakat dan dapat meningkatkan pendapatan per kelompok. Produk <em>nugget</em> ikan ini juga sebagai salah satu alternatif sumber pangan pola konsumsi protein hewani di Desa Lifuleo.&nbsp; Program pemberdayaan masyarakat yang melibatkan masyarakat sejak survei, praktik dan monitoring terbukti telah dapat meningkatkan pendapatan wanita pesisir dan juga produk yang dapat diterima di masyarakat.</p> Irandha C. M. Siahaan, Resky A. Rajab, Febi Luthfiani, Fitriany Podungge, Rifqah Pratiwi, Abigail Rambu Duka Copyright (c) 2025 Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Pengabdian https://ejurnal.politanikoe.ac.id/index.php/psnb/article/view/367 Fri, 28 Nov 2025 00:00:00 +0800 INOVASI PRODUK PANGAN LOKAL OLEH KELOMPOK WANITA TANI CINTA KASIH SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN AGROEDUWISATA https://ejurnal.politanikoe.ac.id/index.php/psnb/article/view/343 <p>Agroeduwisata merupakan salah satu pendekatan strategis dalam pembangunan ekonomi lokal yang mengintegrasikan sektor pertanian dengan kegiatan pariwisata berbasis edukasi. Konsep ini tidak hanya memberikan pengalaman wisata kepada pengunjung, tetapi juga berperan dalam meningkatkan nilai tambah hasil pertanian serta memperkuat kemandirian ekonomi masyarakat. Dalam konteks pembangunan berkelanjutan, agroeduwisata menjadi sarana penting dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat pedesaan, sekaligus memperkenalkan potensi lokal kepada wisatawan. Desa Mata Air, yang terletak di Kabupaten Kupang, memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata pertanian terpadu. Potensi alam, keindahan lingkungan pantai, serta ketersediaan lahan pertanian menjadi modal utama dalam pengembangan agroeduwisata. Namun, hingga saat ini pemanfaatan hasil pertanian lokal sebagai bagian dari daya tarik wisata masih belum maksimal. Sebagian besar hasil pertanian hanya dijual dalam bentuk bahan mentah tanpa pengolahan, sehingga nilai ekonominya rendah dan kontribusinya terhadap sektor pariwisata masih terbatas.</p> <p>Kelompok Wanita Tani (KWT) <em>Cinta Kasih</em>, yang merupakan binaan Sinode GMIT Kota Kupang, memiliki peran strategis dalam pengolahan hasil pertanian setempat. KWT ini beranggotakan para ibu rumah tangga yang memiliki keterampilan dasar dalam mengolah produk pangan, namun belum memiliki pengetahuan dan kemampuan teknis yang memadai terkait pengolahan pangan yang sesuai dengan standar mutu dan keamanan, seperti prinsip <em>Good Manufacturing Practices</em> (GMP). Selain itu, keterbatasan dalam hal pemasaran dan branding produk juga menjadi hambatan dalam pengembangan potensi ekonomi lokal. Berdasarkan permasalahan tersebut, dilakukan kegiatan <em>Program Kemitraan Masyarakat (PkM)</em> yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas KWT <em>Cinta Kasih</em> dalam pengolahan produk pangan lokal, memperkuat sinergi antara sektor pertanian dan pariwisata, serta menciptakan model agroeduwisata berbasis produk lokal yang berkelanjutan. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat tercipta peningkatan keterampilan, nilai tambah produk, serta daya tarik wisata yang mendukung kemandirian ekonomi masyarakat Desa Mata Air.</p> <p>Kegiatan PkM ini dilaksanakan selama empat bulan dengan melibatkan tim pelaksana dari perguruan tinggi, mitra masyarakat, dan instansi pembina lokal. Pendekatan yang digunakan adalah <em>participatory action approach</em>, yaitu melibatkan masyarakat secara aktif mulai dari tahap perencanaan hingga evaluasi kegiatan. Tahap Persiapan dan Identifikasi Potensi, Tahap Pelatihan dan Pendampingan Teknis, Tahap Implementasi dan Evaluasi, setelah pelatihan, peserta difasilitasi untuk mempraktikkan keterampilan yang diperoleh melalui produksi langsung. Tim pendamping melakukan monitoring terhadap proses produksi, higienitas, dan kualitas produk. Evaluasi dilakukan dengan mengukur peningkatan keterampilan, kemandirian usaha, serta keberlanjutan aktivitas produksi setelah kegiatan berakhir. Kegiatan PkM ini diikuti oleh 25 anggota aktif KWT <em>Cinta Kasih</em>. Berdasarkan hasil pelatihan dan pendampingan, terjadi peningkatan signifikan dalam pemahaman dan keterampilan peserta terhadap pengolahan pangan yang sesuai standar GMP. Dari hasil evaluasi, ditemukan beberapa capaian penting sebagai berikut: Peningkatan Keterampilan Teknis, Sebelum kegiatan, sebagian besar anggota KWT belum memahami prosedur produksi yang baik dan aman. Setelah mengikuti pelatihan, mereka mampu mempraktikkan standar GMP dalam proses pengolahan, termasuk pencucian bahan baku, sterilisasi peralatan, dan pengemasan yang higienis. Produk yang dihasilkan tidak hanya berupa olahan sederhana, tetapi juga memiliki nilai tambah tinggi. Produk seperti saus tomat dan sambal Bangkok diminati karena menggunakan bahan segar hasil pertanian sendiri. Sementara itu, stik ubi ungu dan stik singkong menjadi camilan unggulan yang dipasarkan di sekitar area wisata. Olahan kopi dengan metode V-60 dan Vietnam Drip menjadi daya tarik baru bagi pengunjung yang ingin menikmati pengalaman <em>coffee tasting</em> berbasis edukasi. Kemandirian Produksi dan Keberlanjutan Usaha<br>Dari 25 peserta, sebanyak lima orang anggota KWT melanjutkan produksi secara berkelanjutan setelah kegiatan berakhir. Mereka memasarkan produk di sekitar lokasi wisata Desa Mata Air dan menjalin kerja sama dengan warung serta pelaku UMKM setempat. Hal ini menunjukkan adanya keberlanjutan dan dampak nyata terhadap peningkatan ekonomi keluarga. Sinergi Pertanian dan Pariwisata, Pengembangan produk pangan lokal yang dihasilkan KWT mulai diintegrasikan dalam paket wisata edukatif di Desa Mata Air. Wisatawan dapat mengikuti aktivitas <em>farm visit</em>, belajar proses pengolahan produk, hingga mencicipi hasil olahan lokal. Model ini menciptakan nilai tambah pariwisata sekaligus memperkuat identitas lokal sebagai destinasi agroeduwisata. Dampak Sosial dan Ekonomi, Program ini tidak hanya meningkatkan keterampilan teknis, tetapi juga menumbuhkan rasa percaya diri dan kebersamaan di antara anggota KWT. Peningkatan pendapatan dari hasil penjualan produk olahan memberikan dampak positif bagi kesejahteraan keluarga dan motivasi untuk terus berinovasi. Penerapan prinsip GMP dalam pengolahan produk menghasilkan pangan yang lebih berkualitas, higienis, dan memiliki daya saing.</p> Rikka W. Sir, Agrippina A. Bele, Senni J. Bunga, Julianus Dising, Ludia Gasong, Naema Bora, John Tibo Kana Tiri, Marthen Saubaki Copyright (c) 2025 Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Pengabdian https://ejurnal.politanikoe.ac.id/index.php/psnb/article/view/343 Fri, 28 Nov 2025 00:00:00 +0800 PKM KELOMPOK PENGELOLA WISATA PEMANCINGAN DESA MATA AIR https://ejurnal.politanikoe.ac.id/index.php/psnb/article/view/360 <p>Desa Mata Air di Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, memiliki potensi sumber daya air dan lahan pertanian yang mendukung pengembangan agribisnis berkelanjutan. Melalui kemitraan antara Sinode GMIT BP-APE dan Politeknik Pertanian Negeri Kupang, program pengembangan kolam pemancingan sebagai bagian dari agrowisata terpadu yang edukatif dan produktif dirancang untuk meningkatkan kapasitas teknis kelompok tani Sulamanda serta mendorong kemandirian ekonomi dan diversifikasi pendapatan masyarakat. Pengembangan kolam pemancingan dilakukan dalam beberapa tahapan kegiatan yaitu kegiatan pelatihan budidaya maupun manajemen, pendampingan, serta monitoring dan evaluasi. Permasalahan utama setiap usaha kecil adalah teknik budidaya yang tepat dan pengelolaan usaha sehingga pelatihan teknis dan manajerial menjadi pilar utama, karena tanpa pondasi teknik yang kuat dan pengelolaan administrasi yang transparan, potensi kolam pemancingan sulit direalisasikan secara berkelanjutan (Nuryadi <em>et al., </em>2020).</p> <p>Pelatihan dan pendampingan yang dilakukan oleh tim PKM di Kelompok Tani Sulamanda berfokus pada pelatihan manajemen kualitas air, manajemen pakan, manajemen kelompok, manajemen usaha kolam pemancingan, dan pembukuan sederhana. Pelatihan teknik budidaya terdiri dari manajemen kualitas air dan manajemen pakan. Keberhasilan budidaya ikan air tawar bergantung pada kualitas air karena air merupakan media tempat hidup bagi ikan dan kualitas air yang baik dapat meningkatkan produktivitas (Herawati <em>et al</em>., 2024). Selain itu, pemberian pakan yang efisien dapat meningkatkan pertumbuhan ikan, menekan biaya, dan meningkatkan produktivitas. Anggota kelompok dapat mengukur kualitas air dan mengatur pemberian pakan, namun memerlukan pendampingan lebih lanjut sehingga dapat melakukan pemantauan rutin untuk menjaga stabilitas kolam, serta menghitung kebutuhan pakan harian agar biaya operasional bisa lebih efektif tanpa mengorbankan pertumbuhan ikan.</p> <p>Pelatihan manajerial terdiri dari manajemen kelompok, manajemen usaha dan pembukuan sederhana. Manajemen kelompok membantu dalam pembagian tugas, tata tertib kerja, sistem kerja dan komunikasi, serta perhitungan insentif dan penghargaan. Kelompok tani Sulamanda sudah terbentuk sejak tahun 2013 dan memiliki aturan tak tertulis yang mengatur cara kerja dan menjaga kekompakan anggota kelompok. Selanjutnya manajemen usaha kolam pemancingan berfokus pada peluang, perencanaan usaha, serta estimasi penerimaan dan pengeluaran usaha pemancingan. Usaha kolam pemancingan ini belum berjalan sehingga manajemen usaha masih dalam tahap perencanaan dan persiapan. Variasi jenis ikan pancing serta jenis produk dan layanan diprediksi dapat meningkatkan minat pengunjung. Pelatihan terakhir adalah pembukuan sederhana lewat buku kas, buku hutang/piutang, buku penjualan, buku pembelian, dan buku persediaan. Kelompok tani sudah mengelola keuangannya secara mandiri namun masih menggunakan satu jenis buku untuk mencatat setiap transaksi keuangan sehingga perlu ada pemisahan pencatatan. Pemisahan pencatatan dapat memberikan gambaran jelas tentang kondisi keuangan, mencegah kesalahan, dan memudahkan dalam penyusunan laporan keuangan (Mustika dan Febrianty, 2022).</p> <p>Kegiatan pengembangan kolam pemancingan di Kelompok Tani Sulamanda, Desa Mata Air, bertujuan meningkatkan kapasitas teknis dan manajerial anggota kelompok dalam rangka mewujudkan agroeduwisata terpadu. Melalui pelatihan dan pendampingan, peserta memperoleh pengetahuan tentang manajemen kualitas air, pakan, pengelolaan kelompok, perencanaan usaha, serta pembukuan sederhana. Pelatihan ini meningkatkan kemampuan kelompok dalam menjaga kualitas budidaya dan mengelola keuangan secara transparan. Hasil kegiatan menunjukkan kesiapan kelompok untuk mengelola usaha pemancingan secara mandiri dan berkelanjutan, sekaligus menjadi model pemberdayaan ekonomi masyarakat di Desa Mata Air.</p> Marlyn Kallau, Naharuddin Sri, I. A. Lochana Dewi, Timotius Ragga Rina, Oli G. Nitsae, M. Fajar Panuntun, Aris Messakh Copyright (c) 2025 Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Pengabdian https://ejurnal.politanikoe.ac.id/index.php/psnb/article/view/360 Fri, 28 Nov 2025 00:00:00 +0800 INOVASI POC LONTAR SEBAGAI SOLUSI PEMUPUKAN ORGANIK PADA BUDIDAYA TANAMAN DI DESA RAENYALE DAN RAEMUDE https://ejurnal.politanikoe.ac.id/index.php/psnb/article/view/538 <p>Petani di Desa Raenyale dan Raemude – Pulau Sabu yang bergantung pada pupuk kimia menceritrakan bahwa untuk memperoleh pupuk kimia maka nama harus tercatat dalam anggota kelompok tani. Jika tidak termasuk dalam kelompok tani maka dapat menjadi tantangan dalam budidaya tanaman karena keterbatasan pupuk yang diperoleh dan dikuti dengan harga yang lebih tinggi dibanding dengan yang terlibat dalam kelompok. Kondisi ini mendorong perlunya alternatif pemupukan yang lebih murah, mudah diakses, dan ramah lingkungan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan Pupuk Organik Cair (POC) mampu meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah, dan memacu pertumbuhan tanaman pada berbagai komoditas (Mooy, 2024). Menurut <a href="https://nationalgeographic.grid.id/penulis/9062/utomo-priyambodo">Priyambodo</a>&nbsp;(2025) Elo Lado, seorang tokoh adat sekaligus budayawan Sabu mengatakan bahwa lontar (<em>Borassus flabellifer</em>) oleh masyarakat Sabu dikenal dengan sebutan pohon kehidupan atau pohon seribu manfaat karena semua bagian tanaman dapat dimanfaatkan dengan baik (akar, batang, pelepah, daun, bunga dan buah). Selain itu pohon lontar juga dapat menghasilkan limbah organik berupa daun, serabut, dan sisa nira. Limbah ini memiliki potensi besar untuk diolah menjadi POC, terutama pada kondisi wilayah kering yang memerlukan penambahan bahan organik agar dapat meningkatkan ketersediaan air dalam tanah, menjaga kelembapan tanah serta memberikan unsur hara bagi tanaman (Mooy, 2025). Selain itu, penelitian lokal menunjukkan bahwa lontar memiliki kandungan bahan organik yang cukup dan berpotensi digunakan sebagai input pertanian berkelanjutan (Mooy, dkk 2024). Kegiatan ini bertujuan untuk: (1) meningkatkan pemahaman dan keterampilan masyarakat dalam memanfaatkan limbah lontar menjadi POC; (2) memperkenalkan teknik pemupukan organik yang sesuai untuk lahan kering; dan (3) mendorong penerapan POC lontar dalam budidaya tanaman pangan dan hortikultura sebagai bagian dari pertanian berkelanjutan. Kegiatan dilaksanakan melalui pendekatan partisipatif dan demonstratif, melibatkan kelompok tani dan perempuan desa dengan tahapan meliputi sosialisasi, pelatihan, diskusi kelompok, demonstrasi serta pendampingan dan pemantauan lapangan. Pelatihan menghasilkan peningkatan 85% kapasitas masyarakat dalam meracik POC lontar secara mandiri dengan proses fermentasi 14-21 hari. Kelompok tani di kedua desa mampu memproduksi POC (40-50 liter/2 bulan) dengan mulai menerapkannya pada tanaman sayuran, jagung, dan ubi-ubian (Gambar 1). Pengamatan awal menunjukkan bahwa &nbsp;pertumbuhan daun pada tanaman yang diberi POC lebih baik dibandingkan kontrol. Selain itu, pemanfaatan limbah lontar berkontribusi mengurangi residu organik tidak terpakai sekaligus menyediakan alternatif pupuk murah dan ramah lingkungan. Masyarakat memberikan respons positif karena proses pembuatan POC sederhana, bahan tersedia melimpah, dan manfaat dapat dirasakan dalam waktu singkat. Kesimpulan dari kegiatan ini adalah inovasi POC berbahan limbah lontar menjadi solusi pemupukan organik yang efektif, murah, dan sesuai dengan kondisi lahan kering di Desa Raenyale dan Raemude. Kegiatan pengabdian ini berhasil meningkatkan keterampilan petani dalam mengolah limbah lokal serta mendorong penerapan teknologi organik untuk memperbaiki kesuburan tanah dan produktivitas tanaman. Pemanfaatan POC lontar berpotensi menjadi praktik berkelanjutan yang mendukung ketahanan pangan dan kemandirian petani di Sabu Raijua.</p> Lenny M. Mooy, Alexandria G. J. P. A. Tiluk, Desriani Rambu Dihi , Marsalinda Bokomau Copyright (c) 2025 Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Pengabdian https://ejurnal.politanikoe.ac.id/index.php/psnb/article/view/538 Fri, 28 Nov 2025 00:00:00 +0800 PENGUATAN KAPASITAS PETANI DALAM MENDUKUNG PROGRAM SWASEMBADA PANGAN: STUDI KEGIATAN PENYULUHAN DESA OEALATIMO, KABUPATEN KUPANG https://ejurnal.politanikoe.ac.id/index.php/psnb/article/view/543 <p>Program swasembada pangan merupakan agenda strategis nasional untuk meningkatkan ketersediaan pangan, produktivitas pertanian, serta ketahanan pangan masyarakat. Tantangan utama dalam mewujudkan agenda tersebut terletak pada kapasitas petani, terutama pada wilayah lahan kering seperti di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Kegiatan Pengabdian dengan tema Penguatan Kapasitas Petani dalam Mendukung Program Swasembada Pangan di Desa Oealatimo menjadi instrumen strategis dalam memperkuat pengetahuan, keterampilan, dan adopsi inovasi petani. Penyuluhan interaktif yang dilakukan selama beberapa tahap yang terdiri dari: penyampaian materi tentang Ketahanan Pangan dalam mendukung Swasembada Pangan, Pemanfaatan Limbah Tanaman Padi, Varietas Unggul Kacang Hijau dan Inseminasi Buatan. Tujuan pengabdian ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap petani dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan serta mempersiapkan kapasitas mereka agar mampu menerapkan praktik budidaya dan pengelolaan usaha tani yang adaptif, efisien, dan berkelanjutan. Metode penyuluhan yang digunakan adalah ceramah dan demonstrasi cara serta memberikan pelatihan kepada masyarakat sasaran. Hasil pengabdian menunjukkan bahwa penyuluhan ini berkontribusi signifikan pada penguatan literasi teknologi pertanian, pemanfaatan limbah, peningkatan produktivitas, serta adopsi inovasi reproduksi ternak melalui inseminasi buatan. Program ini direkomendasikan sebagai model pengembangan kapasitas petani berbasis multisektor yang dapat direplikasi pada wilayah lahan kering lainnya. Kegiatan penguatan kapasitas petani di Desa Oelatimo berhasil meningkatkan pemahaman peserta mengenai teknologi pertanian dan peternakan adaptif yang relevan bagi wilayah lahan kering. Secara keseluruhan, kegiatan ini menjadi langkah strategis dalam mendukung swasembada pangan lokal melalui peningkatan kapasitas teknis dan adaptif petani. Penyuluhan sesi pertama memberikan pemahaman mendalam mengenai ketahanan pangan dan pentingnya penguatan kapasitas petani dalam mendukung swasembada pangan melalui optimalisasi sumber daya lokal dan kolaborasi multipihak. Sesi kedua menegaskan potensi pemanfaatan limbah tanaman padi sebagai mulsa, bokashi, dan biochar untuk meningkatkan kesuburan tanah dan produktivitas lahan kering. Sesi ketiga memperlihatkan peran strategis varietas unggul kacang hijau sebagai komoditas adaptif dan bernilai ekonomi tinggi bagi sistem pertanian lahan kering di Desa Oelatimo. Sesi keempat memperkuat pengetahuan peserta terkait teknologi inseminasi buatan sebagai inovasi reproduksi ternak yang mampu meningkatkan efisiensi, kualitas genetik, dan produktivitas usaha peternakan. Secara keseluruhan, materi Inseminasi buatan menunjukkan bahwa pemahaman yang komprehensif tentang teknologi IB, mulai dari manfaat, persyaratan teknis, tanda fisiologis birahi, hingga evaluasi keberhasilan reproduksi perlu diketahui dengan baik oleh peternak. Materi ini sangat relevan untuk penguatan kapasitas petani dan peternak di Desa Oelatimo dan wilayah Kupang Timur, karena dapat membantu meningkatkan produktivitas ternak, efisiensi usaha, dan keberlanjutan ekonomi rumah tangga petani. Integrasi teknologi IB ke dalam sistem usahatani terpadu menjadi langkah strategis dalam mendukung ketahanan pangan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah lahan kering.</p> Maria K. Salli, Donatus Kantur, Cokorda B. D. P. Mahardika, Marchy Pallo, Wely Y. Pello, Matheus Rupa, Endeyani VM, Masria, Herlyn Djunina, Renfred Luik, Anastasia G. Nomi, Hidayah Usman Copyright (c) 2025 Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Pengabdian https://ejurnal.politanikoe.ac.id/index.php/psnb/article/view/543 Fri, 28 Nov 2025 00:00:00 +0800 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN REVITALISASI BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DESA HOLULAI KABUPATEN ROTE NDAO https://ejurnal.politanikoe.ac.id/index.php/psnb/article/view/545 <p>Inisiatif pemberdayaan ini berfokus pada komunitas pembudidaya rumput laut di Desa Holulai, Kabupaten Rote Ndao, sebuah sektor ekonomi bahari yang vital bagi masyarakat pesisir Nusa Tenggara Timur (NTT) sejak 1999. Keberlanjutan usaha ini terancam oleh serangkaian kendala, terutama wabah penyakit <em>ice-ice</em>, ketiadaan stok bibit unggul yang resisten, dan kurangnya efisiensi dalam manajemen pascapanen. Mengingat merebaknya kelangkaan bibit akibat <em>ice-ice</em> di seluruh Rote Ndao, intervensi strategis mutlak diperlukan. Program Pemberdayaan Desa Binaan (PDB) diluncurkan dengan visi mengubah Holulai menjadi Sentra Rumput Laut terdepan di NTT, berfungsi sebagai model studi dan pusat riset untuk pengembangan kebun bibit dan pengendalian penyakit. Output utama program adalah peningkatan kualitas dan kuantitas produksi yang akan bermuara pada peningkatan kesejahteraan pembudidaya.</p> <p>Metode implementasi PDB didasarkan pada pendekatan partisipatif dan komprehensif. Kelompok mitra yang menjadi sasaran langsung pada tahun kedua (2025) adalah Pokdakan Holotula dan Litianak. Rangkaian kegiatannya terstruktur, meliputi survei, sosialisasi, penguatan kelembagaan, penyuluhan, dan pelatihan budidaya. Metode penyampaian meliputi ceramah, diskusi pemecahan masalah, simulasi/pelatihan keterampilan, dan pembuatan <em>demonstration plot</em> (demplot), didukung oleh pendampingan berkelanjutan. Inti dari pelatihan budidaya adalah adopsi metode polikultur dan teknik inovatif bernama ‘Anakonda Rote’. Metode polikultur secara khusus difokuskan sebagai strategi untuk menghambat penyebaran <em>ice-ice</em>. Selain itu, program berinvestasi dalam pengembangan kebun bibit percontohan dengan menanam kultivar yang menunjukkan resistensi penyakit. Pelatihan juga mencakup teknik penanganan pascapanen guna menjamin hasil panen yang berkualitas. Luaran kunci yang diharapkan adalah metode polikultur yang efektif, kebun bibit percontohan, SOP manajemen budidaya yang terstruktur, pelaksanaan pelatihan teknis, dan penyediaan peralatan kerja yang memadai.</p> <p>Capaian program PDB sejauh ini menunjukkan hasil yang positif dan memuaskan. Indikator keberhasilan yang paling nyata adalah tingkat antusiasme dan partisipasi aktif dari kelompok Holotula dan Litianak. Minat tinggi ini sangat terlihat selama praktik pengembangan Kebun Bibit dengan Metode Anakonda Rote dan budidaya Polikultur. Dorongan utama di balik antusiasme ini adalah kebutuhan mendesak masyarakat untuk mengatasi kelangkaan bibit yang dipicu oleh wabah <em>ice-ice</em> di seluruh wilayah. Dengan demikian, solusi seperti kebun bibit kultivar resisten dan polikultur menjadi prioritas. Kebun bibit percontohan tidak hanya mengatasi kekurangan bibit tetapi juga membangun fondasi untuk pasokan bibit unggul, yang esensial untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas panen. Metode polikultur (budidaya lebih dari satu jenis rumput laut) terbukti berpotensi sebagai strategi mitigasi biologis terhadap tekanan lingkungan dan penyakit, sementara Metode ‘Anakonda Rote’ menawarkan adaptasi budidaya yang efisien untuk kondisi lokal. Pelaksanaan pelatihan, penyusunan SOP, dan penyediaan peralatan kerja menjamin praktik budidaya akan menjadi terstandarisasi dan berkelanjutan. Secara keseluruhan, tanggapan positif dari mitra mengkonfirmasi bahwa program ini berhasil dalam penguatan kelembagaan dan transfer teknologi guna meningkatkan kapasitas adaptasi masyarakat, menempatkan Holulai pada jalur yang tepat untuk mencapai tujuan Sentra Rumput Laut dan peningkatan kesejahteraan.</p> <p>Sebagai kesimpulan, PDB di Desa Holulai berhasil mengimplementasikan transfer teknologi dan praktik budidaya adaptif. Melalui metode polikultur dan Anakonda Rote, serta pengembangan kebun bibit resisten, program ini mengatasi masalah krusial penyakit <em>ice-ice</em> dan kelangkaan bibit. Partisipasi aktif kelompok mitra menegaskan relevansi solusi yang ditawarkan. Dengan hasil berupa SOP manajemen dan peningkatan keterampilan, PDB diproyeksikan akan meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi, secara fundamental meningkatkan kesejahteraan pembudidaya.</p> <p>Penghargaan dan ucapan terima kasih disampaikan kepada Direktorat Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (DPPM) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) atas dukungan pendanaan yang memungkinkan terlaksananya Program Pemberdayaan Desa Binaan (PDB) ini, yang memberikan kontribusi nyata bagi penguatan masyarakat pembudidaya rumput laut di Rote Ndao.</p> Donny Mercys Bessie, Fredrik J. Haba Bunga, Umbu P. L. Dawa, Eka M. I. Seseli, Jusuf Aboladaka, David Loba, Susy Herawaty, Twenfosel O. Dami Dato, Nina Jeny Lapinangga Copyright (c) 2025 Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Pengabdian https://ejurnal.politanikoe.ac.id/index.php/psnb/article/view/545 Fri, 28 Nov 2025 00:00:00 +0800